Tradisi Syawalan tanggal 7 atau sepekan setelah lebaran di tandai oleh pemotongan kue lopis raksasa, Lopisan, sebagai puncak acaranya.
Kue ini di bagi gratis kepada setiap pengunjung atau teman yang sedang bersilaturrahmi oleh warga Krapyak Kabupaten Pekalongan.
Lopis raksasa seberat 396 kilo, tinggi 160cm dan berdiameter 192 cm dengan bahan dasar beras ketan seberat 2 kwintal. Direbus selama 3 hari 3 malam menggunakan dandang ukuran raksasa.
Kue ini tidak di bungkus plastik tapi dengan daun pisang.
Upacara yang sering disebut Krapyakan atau lopisan di selenggarakan atas Walikota atau Pejabat Muspida yang rutin diselenggarakan sejak 130 tahun lalu. Tepatnya 1885 M. Kali pertama yang menggelar hajatan syawalan ini adalah KH. Abdullah Sirodj, keturunan dari Kyai Bahu Rekso. Upacara pemotongan kue ini baru dimulai sejak tahun 1956 oleh bapak Rohmat, Kepala Desa setempat waktu itu.
Falsafahnya tentang persatuan dan kesatuan dengan simbol Lopisan berasal dari kata Lopis, yaitu sejenis makanan spesifik dari bahan ketan yang memiliki daya rekat luar biasa bila sudah direbus sampai masak benar. Sehingga nggak mungkin lagi butir-butir ketan itu bercerai berai kembali. Sedang bungkus daun pisang memilik makna seperti daun pisang yang tidak mau mati sebelum berbuah dan beranak banyak atau dengan kata lain tak mau mati sebelum berjasa dan meninggalkan generasi penerus sebagai penyambung estafet.
Warga berbondong-bondong menyambutnya dengan berharap mendapat keberkahan dan didekatkan jodoh bagi yang masih lajang.
agsAlita
sosialita indonesia
Kamis, 16 September 2010
Jumat, 13 Agustus 2010
Intan Ophelia
"Semua orang itu unik karena tak ada orang yang di lahirkan pada waktu, posisi koordinat, dan posisi planet-planet yang sama persis. Bahkan orang kembar pun memiliki peta kehidupan yang berbeda".
Ujar Intan Ophelia (45), konsultan astrologi yang laris dikalangan elit Jakarta saat ini.
Posisi planet, matahari, bulan dan rasi-rasi bintang di langit dipadukan dengan posisi geografis dan waktu kelahiran seseorang menentukan nasib seseorang itu di kemudian hari. Baginya, semua ini, bukan sekedar keyakinan hati, tetapi juga kebenaran ilmiah.
Astrologi bukanlah ilmu klenik, melainkan ada rumus-rumus pastinya. Ini adalah ilmu yang sudah teruji selam lebih dari 200 tahun dan goes beyond sciense, melampui sains semisal astronomi.
Judul:
Sukses Finansial
Lewat Astrologi dan Peta Kehidupan
Penulis:
I. Ophelia
Penerbit:
Kompas
Harga:
Rp 45.000,-
Ujar Intan Ophelia (45), konsultan astrologi yang laris dikalangan elit Jakarta saat ini.
Posisi planet, matahari, bulan dan rasi-rasi bintang di langit dipadukan dengan posisi geografis dan waktu kelahiran seseorang menentukan nasib seseorang itu di kemudian hari. Baginya, semua ini, bukan sekedar keyakinan hati, tetapi juga kebenaran ilmiah.
Astrologi bukanlah ilmu klenik, melainkan ada rumus-rumus pastinya. Ini adalah ilmu yang sudah teruji selam lebih dari 200 tahun dan goes beyond sciense, melampui sains semisal astronomi.
Judul:
Sukses Finansial
Lewat Astrologi dan Peta Kehidupan
Penulis:
I. Ophelia
Penerbit:
Kompas
Harga:
Rp 45.000,-
Minggu, 04 Juli 2010
FIFA 3D

Untuk pertama kalinya FIFA menyiarkan 25 laga Piala Dunia 2010 South Africa dengan 3D.
Ketika di tonton di TV, gambar yang terekam dari kamera ganda dalam sudut yang sedikit berbeda, ditampilkan bergantian pada 60 fs*.
Melalui sistem yang di sebut polarisasi, kacamata 3D memungkinkan satu gambar bergantian tertangkap mata secara bergiliran, menimbulkan ilusi kedalaman ruang.
Semakin jauh jarak kamera perekam adegan dari lapangan, subyek semakin terlihat 2D. Hal ini membatasi sudut untuk memantau pertandingan.
agusA hAnas
Label:
kamera 3D TV FIFA 2010
Minggu, 27 Juni 2010
Pit Jepang Sketsa Pekalongan

S ejak pukul 06.00 pagi hingga 07.00 menandai dimuinya karanaval harian di Jl. Seruni, jaluralternatif yang menghubungkan Pekalongan dengan Kabupaten Batang di penuhi lalu lalang pelajar bersepeda jengki keranjang depan yang di sebut pit Jepang (Belanda : Fiets). Jalanan menjadi ruang bertemu bagi hampir semua pemain dalam pertunjukan seni "onthel kereta angin" yang arusnya terus mengalir tanpa henti sepanjang sekitar 4 jam pada pagi hari dan 2 jam pada sore hari. Setelah pukul 08.00 sampai 09.00 menyusul para pekerja pabrik buruh harian dan karyawan toko dari arah Batang menyerbu pekalongan. Rekaman keriuhan pengonthel pit Jepang pagi itu sungguh mempresentasi satu sesi seni cerita tentang "sketsa Urban" yang di mainkan oleh aktor yang tidak mengenal perbedaan stigma. Semua kalangan pakai pit Jepang, boleh disaksikan sendiri,kok, di jalanan cowok bertato atau para santri dan kyai bersarung. Ibu-ibu pengajian, wanita-wanita pekerja atau pelajar, menyesaki dihampir setiap sudut jalan di Kabupaten Pekalongan. Ruang yang sesak di kota dan desa-desa yang damai itu bagaikan panggung teater yang dramatis. Tanpa sutradara, orang-orang itu sibuk dengan berbagai peran sesuai kepentingannya masing-masing. Ditengah keriuhan itu, di sebuah warung tenda sego megono, seorang pemuda menangis sesenggugan, baju batiknya basah oleh keringat, seorang perempuan berjilbab anggun menyodorkan kertas tisu. Diantara parkiran beberapa pit Jepang depan warung yang bersebelahan dengan swalayan, sesekali lelaki bersarung dan berkopiah melintas bersimpangan seorang anak yang dibonceng ibunya dengan sayur mayur di keranjang beriringan dengan pria buruh angkut pelabuhan yang pulang kerumah sambil membawa ikan, juga dengan pit jepang. Tanpa inisiasi komunitas sepeda atau tanpa jargon bike to work atau to school, pit Jepang selalu setia jadi alat latar seni adegan berbagai peristiwa seni publik warga Pekalongan. Dihampir setiap keluarga memilikinya, para juragan batik pun selalu menyimpan di galeri yang dimilikinya. Tak hendak melebih-lebihkan, pit Jepang itu enak di pakai, awet dengan teknologi baru dan model unik membuat sepeda impor bekas dari Jepang ini di terima masyarakat Pekalongan yang dinamis. Pekalongan memang kota yang selalu mencipta sejarahnya sendiri. Inilah teks yang hidup, karnavalan dan pertunjukan yang memancing munculnya kembali kesadaran kemanusiaan yang tergerus oleh kerasnya hidup dalam studi urbanisme yang cenderung mengerakkan kotanya dengan investasi di bidang kebudayaan untuk mengangkat reputasi dan ekonomi kota Pekalongan.
Label:
pit jepang teater pekalongan
Sabtu, 26 Juni 2010
begadang ke South Africa demi Waka Waka 2010

Begadang ke South Africa
Demi Waka Waka 2010
tapi produktivitas rutin jangan menurun
demi target cetak gol perusahaan
sempatin tidur saat senggang plus kecukupan gizi dengan multivitamin
Demi Waka Waka 2010
tapi produktivitas rutin jangan menurun
demi target cetak gol perusahaan
sempatin tidur saat senggang plus kecukupan gizi dengan multivitamin
agar
sokker koors en werk
tak terlewatkan
sokker koors en werk
tak terlewatkan
my music was kill me

salah-salah, nasib loe bisa sama dengan Eric dan Itha, sesama mahasiswa di Depok.
Label:
musik kereta api di earphone
Minggu, 20 Juni 2010
IDEALISME BETA HINGGA VICTORIA PARK

Pejuang Devisa
Minggu Pagi Di Victoria Park adalah liburan para TKW di Hongkong dari pekerjaan sehari-hari sebagai pembantu, mereka bergembira di taman ini. Sebagaian lainnya berkencan dengan para lelaki dari sejumlah bangsa. Alur cerita yang tidak terlalu istimewa ini yang coba di filmkan Lola Amaria dengan judul Minggu pagi di Victoria Park yang berkisah tentang Mayang (Lola Amaria) yang bersedia jadi TKW di Hongkong untuk mencari adiknya, Sekar (Titi Sjuman) yang "menghilang". Sekar di gambarkan sudah over stay, lalu terlibat prostitusi dan Mayanglah yang menyelamatkannya.
Lola Amaria terang-terangan mengatakan bahwa ungkapan "pejuang devisa" itu hanyalah jargon politis yang meninabobokkan para TKI. Minggu Pagi di Victoria Park, memberi gambaran yang meneduhkan kehidupan para TKW di Hongkong.
Ironi
Gambar-gambar yang di sajikan dalam film adalah gambar-gambar yang berbicara, seperti film berjudul Tanah Air beta, lanskap kota Belu di Timor Tengah Utara yang berbatu karang gersang di langit biru pekat, seperti hadir menjadi ironi. Ari Sihasale bersama produser Nia Zulkarnain, menempatkan cerita seputar pengungsi eks Timor Timur di NTT sebagai tragedi kemanusiaan. Bahkan lebih detail, seputar tragedi keterpisahan anak manusia dengan keluarga intinya.
Seharusnya kehidupan di alam yang bersih dan murni itu menjadi jaminan keberlangsungan kedamaian kehidupan para penghuninya. Namun toh, kehidupan Tatiana (Aleksandra Gottardo), sang ibu dua anak yang mengungsi ke NTT seusai penentuan pendapat di Tim-tim, Agustus 1999, begitu menderita. Ia terpisah dengan Mauro dan hanya mengungsi bersama anak keduanya, Merry (Griffit Patricia).
Idealis
Diluar soal itu, kedua film ini tumbuh dengan idealisme kental. Lola tak mau beresiko menampilkan tragedi para TKI, dan Ari Sihasale, bisa di pahami jika tak mau memasuki wilayah politik, dalam pengertian yang amat praksis. Namun, keduanya memperlihatkan tumbuhnya persahabatan yang melebihi persaudaraan. Dua film ini juga menunjukkan betapa pentingnya memasukkan pesan dalam setiap gagasan.
Langganan:
Postingan (Atom)